Tribanua.com – Indonesia, dengan kekayaan tradisi budayanya, memasuki Bulan Rajab dengan sejumlah tradisi yang terus dilestarikan oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa tradisi yang dirangkum.
Tradisi Khanduri Apam (Aceh)
Tradisi Khanduri Apam yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Aceh konon berasal dari Kota Mekkah. Cerita ini bermula dari seorang sufi bernama Abdullah Rajab yang hidup dalam kemiskinan.
Saat Abdullah Rajab meninggal, tidak ada satu biji kurma pun untuk acara selamatan. Masyarakat yang tergerak hatinya kemudian membuat tradisi toet apam (memasak apam) yang dibagikan kepada tetangga sebagai wujud penghormatan kepada beliau.
Tradisi Mapag Rajab (Jawa Barat)
Mapag Rajab adalah istilah yang digunakan untuk menyambut datangnya Bulan Rajab. Di beberapa daerah di Jawa Barat, seperti Kabupaten Pangandaran, Kondangjajar, dan Kabupaten Majalengka, tradisi ini dilestarikan.
Mapag Rajab bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga menyatu dengan tradisi Sunda melalui Karawitan. Dalam tradisi ini, lagu karawitan dinyanyikan oleh ibu-ibu dan seniman, bukan oleh pesinden. Selain itu, acara ini diisi dengan doa “allahumma bariklana fi rojaba wa sa’ban wa balighna romadhona,” yang merupakan doa Rasulullah SAW saat berada di Bulan Rajab.
Tradisi Peksi Burak (Yogyakarta)
Ritual Peksi Burak diadakan untuk memperingati peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW oleh Keraton Yogyakarta. Dalam ritual ini, Peksi Burak dibuat menggunakan kulit dan buah jeruk bali.
Terdapat dua versi Peksi Burak, yaitu jantan dan betina, yang diletakkan di atas susuh (sarang) dengan daun kemuning sebagai tempat bertengger. Peksi Burak dan susuh ini diletakkan di bagian paling atas pohon buah, melambangkan kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj.
Tradisi Songkabala (Makassar)
Tradisi Songkabala bertujuan untuk menolak bala, bencana, dan malapetaka yang mungkin menimpa masyarakat. Selain dilaksanakan pada Bulan Rajab, tradisi ini juga sering dilakukan pada Muharram dan Sya’ban.
Pada Muharram dan Sya’ban, ritual ini dilengkapi dengan berbagai makanan seperti Ka’do Massingkulu’, Jepe’ Syura (bubur Syura), dan Lapapa-Lappa. Namun, pada Bulan Rajab, ritual ini lebih fokus pada pengiriman doa-doa keselamatan yang biasanya dilakukan di masjid saat terbenamnya matahari atau setelah salat Magrib.
Tradisi Nganta (Sarolangun)
Tradisi Nganta merupakan ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan dengan makan bersama di langar atau surau pada tanggal 27 Rajab. Sebelum makan, seorang pemuka agama biasanya mengingatkan kembali kisah perjalanan Rasulullah dalam Isra’ dan Mi’raj.
Menariknya, lauk yang disajikan oleh kaum ibu-ibu semuanya sejenis, yaitu gulai atau opor ayam bagian paha. Acara ini ditutup dengan doa bersama dan solawatan.
Dengan berbagai tradisi ini, masyarakat Indonesia menunjukkan betapa pentingnya pelestarian budaya dan spiritualitas dalam menyambut Bulan Rajab.